Rabu, 13 Desember 2023

                                 INGATAN


        Ingatan yaitu suatu daya yang dapat menerima, menyimpan dan memproduksi kembali kesan-kesan/tanggapan/pengertian.

          Dalam proses mengingat informasi ada 3 tahapan yaitu memasukkan informasi (encoding), penyimpanan (storage), dan mengingat (retrieval stage).

1.        Fungsi Memasukkan (Encoding)

Proses Encoding (pengkodean terhadap apa yang dipersepsi dengan cara mengubah menjadi simbol-simbol atau gelombang-gelombang listrik tertentu yang sesuai dengan peringkat yang ada pada organisme).

2.        Fungsi Menyimpan (Storage)

Fungsi kedua dari ingatan adalah mengenai penyimpanan (penyimpanan terhadap apa yang telah diproses dalam encoding, apa yang dipelajari atau apa yang dipersepsi).

3.        Fungsi Menimbulkan Kembali (Retrival)

Fungsi ketiga ingatan adalah berkaitan dengan menimbulkan kembali hal-hal yang disimpan dalam ingatan.

 

    Memory/ingatan kita di pengaruhi oleh:

1.      Sifat seseorang

2.      Alam sekitar

3.      Keadaan jasmani

4.      Keadaan rohani (jiwa)

5.      Umur manusia

    Ingatan itu di golongkan menjadi 2 yaitu:

1.      Daya ingatan yang mekanis, artinya kekuatan ingatan itu hanya untuk kesan-kesan yang di proleh dari pengindiran.

2.      Daya ingatan logis, artinya daya ingatan itu hanya untuk tanggapan-tanggapan yang mengandung pengertian.


 Disusun         :  Widhi Pangestu

Lembaga         :  STIT ALMUSLIHUUN

                             REWARD AND PUNISHMENT


a. Reward 

        Reward (hadiah) merupakan suatu bentuk teori penguatan positif yang bersumber dari teori behavioristik.

 Adapun bentuk pemberian reward menurut Moh Uzer Usman, 2000:12) yakni:

1) Reward Verbal (Pujian)

a. Kata-kata: bagus, ya benar, tepat, bagus sekali, dan lain-lain.

b. Kalimat: pekerjaan anda baik sekali, saya senangdengan hasil pekerjaan anda.

2) Reward Non-Verbal

a. Reward berupa gerakan mimik dan badan antara lain: senyuman, acungan jari, tepuk tangan

dan lain-lain.

b. Reward dengan cara mendekati, guru mendekati siswa untuk menunjukkan perhatian, hal

ini dapat dilaksanakan dengan cara guru berdiri disamping siswa, berjalan menuju kearah siswa, dan

lain-lain.

c. Reward berupa simbol atau benda, reward ini dapat berupa surat-surat tanda jasa atau

sertifikat. Sedangkan yang berupa benda dapat berupa kartu bergambar,peralatan sekolah, pin dan

lain sebagainya.

d. Kegiatan yang menyenangkan, guru dapat menggunakan kegiatan atau tugas yng disenangi

oleh siswa.

e. Reward dengan memberikan penghormatan. Reward berupa penghormatan dibagi menjadi

dua. Yang pertama berbentuk semacam penobatan yaitu anak yang mendapat penghormatan

diumumkan dan tampil didepan teman-temannya. Kedua, penghormatan yang berbentuk

pemberian kekuasaan untuk melakukan sesuatu.

f. Reward dengan memberikan perhatian tak penuh. Diberikan kepada siswa yang

memberikan jawaban kurang sempurna.

 a. Punishment 

        Punishment merupakan suatu hukuman yang diberikan kepada seseorang setelah dia melakukan perilaku negative dengan tujuan memperbaiki perilaku negatif tersebut

 William Stern membedakan tiga macam punishment disesuaikan dengan tingkat

perkembangan anak, dibagi menjadi 3 macam yaitu:

1. Punishment Assosiatif

Umumnya, orang mengasosiatifkan antara punishment dan kejahatan atau pelanggaran, antara

penderitaan yang diakibatkan oleh punishment dengan perbuatan pelanggaran yang

dilakukan. Untuk menyingkirkan perasaan tidak enak itu, biasanya orang atau anak menjauhi

perbuatan yang tidak baik atau dilarang.

2. Punishment Logis

Punishment ini dipergunakan terhadap anak-anak yang telah agak besar. Dengan punishment ini,

anak mengerti bahwa punishment itu adalah akibat yang logis dari pekerjaan atau perbuatannya

yang tidak baik. anak mengerti bahwa ia mendapat punishment itu dari kesalahan yang

diperbuatnya.

3. Punishment Normatif

Punishment yang bermaksud memperbaiki moral anak-anak. hukuman ini dilakukan

terhadap pelanggaran-pelanggaran mengenai norma-norma etika, seperti berdusta, menipu,

dan mencuri (Ngalim Purwanto,1990: 190).


 Disusun     :  Widhi Pangestu

Lembaga    :  STIT AL MUSLIHUUN

                                     TEORI BELAJAR SOCIAL


        Teori belajar sosial adalah teori belajar yang mengedepankan perubahan perilaku melalui proses pengamatan. Teori ini menganggap bahwa harus ada pemodelan yang nantinya bisa dijadikan pengamatan oleh individu yang sedang belajar. Itulah mengapa teori sosial sama dengan teori pemodelan

Menurut Bandura, belajar harus memuat prinsip-prinsip berikut.

1. Determinis resiprokal

Maksud determinis resiprokal adalah konsep keterkaitan secara bolak-balik antara lingkungan dan perilaku. Menurut Bandura, perilaku seseorang bisa dibentuk oleh lingkungan.

2. Tanpa penguatan (reinforcement)

Bandura menekankan bahwa penguatan bukan satu-satunya pembentuk tingkah laku seseorang. Seseorang bisa belajar hanya dari melihat dan meniru hal yang dilihat.

3. Kognisi dan regulasi diri

Menurut Bandura, manusia bisa menjadi pengamat atas perilakunya sendiri, memberi penguatan, dan hukuman atas kesalahan sendiri.

Adapun fase-fase yang harus dilalui untuk menerapkan teori pembelajaran sosial adalah sebagai berikut.

1. Fase perhatian

Pada fase ini, peserta didik akan memperhatikan model atau sesuatu yang mereka observasi.

2. Fase retensi

Fase retensi ini merupakan fase di mana peserta didik harus mampu mengingat hal-hal yang sudah mereka amati.

3. Fase reproduksi

Pada fase reproduksi ini terjadi umpan balik yang nantinya bisa mengarahkan peserta didik pada perilaku yang diinginkan.

4. Fase motivasi

Fase motivasi merupakan fase terakhir yang menandai keberhasilan teori pembelajaran sosial. Pada fase ini, peserta didik akan meniru hal-hal berkesan dari pengamatan yang mereka lakukan.



Disusun         :  Widhi Pangestu
Lembaga        :  STIT AL MUSLIHUUN

                     TEORI KONEKSIONISME


        Teori Koneksionisme pertama kali dicetuskan oleh Edward Thorndike yaitu seorang pendidik dan psikolog yang berkebangsaan Amerika. Menurut Thorndike, belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi antara peristiwa-peristiwa yang disebut Stimulus (S) dengan Respon (R). Stimulus adalah suatu perubahan dari lingkungan eksternal yang menjadi tanda untuk mengaktifkan organisme untuk beraksi atau berbuat sedangkan respon adalah sembarang tingkah laku yang dimunculkan karena adanya perangsang.

        Teori Koneksionisme merupakan salah satu teori belajar yang menjelaskan proses pembelajaran yang di alami oleh individu. Teori Koneksionisme memandang bahwa belajar itu terjadi dengan cara mencobacoba dan membuat salah, demikian juga pada pembelajaran bahasa pada anak usia dini.

Dari hasil percobaan yang dilakukan Thorndike pada seekor kucing. Thorndike merumuskan hukum-hukum sebagai berikut: 

a. Law of Readiness(Hukum Kesiapan)

b. Law of Exercise (Hukum Latihan)

1) Law of Use(Hukum Kegunaan), sebuah respon terhadap stimulus memperkuat koneksi keduanya. Respon dalam hal ini adalah latihan tersebut. 

2) Law of Disuse(Hukum Ketidakgunaan), ketika respon tidak diberikan terhadap stimulus kekuatan koneksinya menjadi menurun.

c. Law of Effect (Hukum Akibat)

 d. Hukum Perpindahan Asosiasi (Associative Shifting)


 Disusun        :  Widhi Pangestu

Lembaga        :  STIT AL MUSLIHUUN

Senin, 11 Desember 2023

                     TEORI OPERANT CONDITIONING


        Pada dasarnya teori operant conditioning Skinner akan terjadi bila respons terhadap sebuah stimulus diperkuat. Teori operant conditioning Skinner merupakan sistem umpan balik sederhana: bila reward atau penguatan mengikuti respons terhadap sebuah stimulus, maka respon itu akan lebih sering atau mungkin muncul lagi dimasa yang akan datang. Karena hadiah atau hukuman merupakan bagian penting dalam pembahasan teori belajar ini.

Ada dua prinsip umum dalam operant conditioning yaitu: 

1. Setiap respon yang diikuti dengan stimulus yang menguatkan cenderung akan diulang 

2. Stimulus yang menguatkan adalah segala sesuatu yang memperbesar rata-rata terjadinya respon operan.

 Menurut skinner, pengkondisian operan terdiri dari dua konsep utama yaitu:

 a. Penguatan (Reinforcement) 

        Adalah konsekuensi yang meningkatkan probabilitas bahwa suatu perilaku akan terjadi. Penguatan boleh jadi kompleks. Penguatan berarti memperkuat. Skinner membagi penguatan ini menjadi dua bagian: 

1. Penguatan positif Adalah penguatan berdasarkan prinsif bahwa frekuensi respons meningkat karena diikuti dengan stimulus yang mendukung (rewarding). 

2. Penguatan negatif Adalah penguatan berdasarkan prinsip bahwa frekuensi respons meningkat karena diikuti dengan penghilangan stimulus yang merugikan (tidak menyenangkan). 

b. Hukuman (Punishment)

        Adalah konsekuensi yang menurunkan probabilitas terjadinya suatu perilaku atau apa saja yang menyebabkan sesuatu respon atau tingkahlaku menjadi berkurang atau bahkan langsung dihapuskan atau ditinggalkan.

          Aplikasi teori operat conditioning Skinner dalam pendidikan dapat disimpulkan dengan langkah-langka diantaranya : 

- penentuan tujuan

- menentukan batas kemampuan siswa

- mengadakan penilaian, memberikan reinforcement

- memberikan remidi pada siswa yang dinilai membutuhkannya

- guru konsisten sebagai arsitek pembentuk perilaku siswa.


 Disusun            :  Widhi Pangestu

Lembaga            :  STIT Al MUSLIHUN

                      TEORI CLASSISAL CINDITIONING


        

        Teori classical conditioning menurut Pavlov bahwa stimulus yang ridak terkontrol (unconditioned stimulus) mempunyai hubungan dengan penguatan. Stimulus itu sendirilah yang menyebabkan adanya pengulangan tingkah laku dan berfungsi sebagai penguat.

         Dalam dunia psikologi Classical conditioning adalah proses dimana suatu stimulus/rangsangan yang awalnya tidak memunculkan respon tertentu, diasosiasikan dengan stimulus kedua yang dapat memunculkan.

 Bagaimana penerapan teori classical conditioning dalam pembelajaran?

        Implementasi classical conditioning pada pembelajaran PAI dilakukan dengan beberapa cara yaitu suasana di dalam kelas dibuat menarik. Melalui metode ajar kombinasi yang terapkan guru membuat siswa merasa nyaman dengan pembelajaran. Selain itu, pemberian tugas secara continue diberikan kepada siswa berupa kultum.


Disusun            :  Widhi Pangestu

Lembaga           :  STIT AL MUSLIHUUN

                                              TEORI KOGNITIF


        Kognitif adalah semua aktivitas mental yang membuat suatu individu mampu menghubungkan, menilai, dan mempertimbangkan suatu peristiwa, sehingga individu tersebut mendapatkan pengetahuan setelahnya.

        Kognitif ini erat sekali dengan tingkat kecerdasan seseorang. Contoh kognitif bisa ditunjukkan ketika seseorang sedang belajar, membangun sebuah ide, dan memecahkan masalah.

        Adanya fungsi kognitif ini membuat seseorang bisa dengan mudah bergaul satu sama lain. Adapun fungsinya yang harus Bapak/Ibu ketahui, check this out!

1. Perhatian

Perhatian merupakan penyeleksi rangsangan yang nantinya menjadi fokus perhatian dan bisa diabaikan secara bersamaan. Rangsangan yang dimaksud bisa berupa bau, suara, maupun gambar.

2. Memori atau Daya Ingat

Memori atau daya ingat berkaitan dengan tingkat kefokusan seseorang. Semakin fokus, semakin baik memori atau daya ingat. Hal ini menunjukkan bagaimana suatu informasi akan ditransfer dan disimpan di dalam otak.

3. Fungsi eksekutif

Fungsi eksekutif merupakan fungsi yang mengarahkan manusia untuk menjadi perencana dan melaksanakan sesuatu yang telah ia rencanakan. Nah, dari sinilah seseorang terlihat bagaimana cara menyelesaikan setiap permasalahan.

4. Kemampuan berbahasa

Kemampuan bahasa berkaitan dengan bagaimana seseorang mampu menyusun kata-kata saat berkomunikasi dengan orang lain. Setiap orang memiliki kemampuan bahasa yang berbeda-beda, bergantung dari fungsi kognitifnya.

5. Merasakan dan mengenali

Kehadiran fungsi kognitif membuat seseorang bisa merasakan dan mengenali segala sesuatu di sekitarnya. Misalnya membedakan antara jeruk dan lemon, semangka dan melon, dan seterusnya.

 

                                TEORI BELAJAR KOGNITIF


        Teori belajar kognitif adalah teori belajar yang mementingkan proses belajar daripada hasilnya. Teori ini menyatakan bahwa pada proses belajar, seseorang tidak hanya cenderung pada hubungan antara stimulus dan respon, melainkan juga bagaimana perilaku seseorang dalam mencapai tujuan belajarnya

Prinsip teori belajar kognitif dalam pembelajaran adalah sebagai berikut  :

   }-Proses belajar lebih penting daripada hasil.

   }-Persepsi dan pemahaman dalam mencapai tujuan belajar menunjukkan tingkah laku seorang  

     individu.

   }-Materi belajar dipisahkan menjadi komponen kecil, lalu dipelajari secara terpisah.

   }-Keaktifan peserta didik saat pembelajaran merupakan suatu keharusan.

   }-Pada kegiatan belajar, dibutuhkan proses berpikir yang kompleks.

        Pendekatan kognitif merupakan suatu istilah yang menyatakan bahwa melalui tingkah lakulah seorang individu akan mengalami proses mental yang nantinya bisa meningkatkan kemampuan menilai, membandingkan, atau menanggapi stimulus sebelum terjadinya reaksi. Pendekatan ini memberikan penekanan terhadap isi pikiran manusia agar manusia tersebut mendapatkan pengalaman, pemahaman, standar moral, dan sebagainya.

        Teori Piaget mengelompokkan perkembangan kognitif anak ke dalam empat tahapan, yaitu sebagai berikut.

 1. Tahap sensorimotor (18-24 bulan)

Pada tahap ini, bayi mulai mampu mengembangkan akalnya untuk memahami dunia luar melalui indra sensorik dan kegiatan motoriknya.

 2. Tahap praoperasional (2-7 tahun)

Pada tahap ini, anak belum bisa mengoptimalkan kemampuan kognitif tersebut. Artinya, anak belum bisa melogika sesuatu.

 3. Tahap operasional konkret (7-11 tahun)

Pada tahap ini, anak mulai bisa berpikir secara rasional dan terorganisir. Artinya, anak sudah mulai berpikir secara logis saat mengalami atau melihat sesuatu di sekitarnya.

 4. Tahap operasional formal (12 tahun ke atas)

        Tahap keempat ini menandakan seorang anak sudah bisa berpikir secara lebih luas, menalar dan menganalisis sesuatu, memanipulasi ide di pikirannya, dan tidak tergantung dengan manipulasi konkret.



Disusun            :  Widhi Pangestu

Lembaga           :  STIT AL MUSLIHUUN